SUMBER MATA AIR SAPTA TIRTA Sapta Tirta Salah satu tempat sumber air hangat di
kabupaten Karanganyar di Kecamatan Matesih, di Desa Pablengan tepatnya. Sapta
Tirta jika runtut dari namanya berasal dari kata Sapta dan Tirta, Sapta yang
berarti Tujuh dan Tirta berarti Air Sapta Tirta sama dengan Tujuh Air. Di Sapta
Tirta terdapat tujuh sumber mata air yang berbeda-beda jenis dan karakteristik
Airnya.
Sapta Tirta yang merupakan salah
satu Tempat Pemandian air hangat di seputaran Matesih. Sumber Air Sapta Tirta
Saat ini di renovasi lagi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar,
Pembangunan area wisata sumber mata air Sapta tirta Membuat tempat itu semakin
Rapi Dan Indah Di Pandang Mata.
Sapta Tirta Berada Di Bawah Bukit
Yang Bernama Argo Tiloso Yang berada Desa Pablengan, Kecamatan Matesih,
Kabupaten Karanganyar, Jateng. Nama desa Pablengan Tempat Sumber Air sapta
Tirta ini sendiri di Ambil dari Salah satu Mata air dari Ketujuh Mata Air Sapta
Tirta.
“Sapta Tirta ini mempunyai
kaitan erat dengan sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said melawan VOC,
tahun 1741 sampai 1757″,
kata Sugeng, 32 tahun, salah seorang pengelola Sapta Tirta.
Dulu lokasi ini bekas
benteng pertahanan Pangeran Raden Mas Said, yang karena saktinya, beliau mendapat
julukan Pangeran Sambernyawa. VOC memang berhasil menduduki benteng
itu. Lalu benteng diobrak-abrik rata dengan tanah. Tetapi Sapta Tirta tidak
terusik sampai sekarang.
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkoenegoro Senopati Ing Ayudo Lelono Joyo Misesa yang hidup sekitar tahun 1725-1795, terkenal dengan
sebutan Pangeran Samber Nyawa. Perjuangannya mempersatukan Bumi
Mataram dan mengusir Belanda dengan taktik perang gerilya mengusung semboyan
Tiji Tibeh (Mati Siji Mati Kabeh atau mati satu, mati semua).
Konon, Pangeran Samber Nyawa mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa untuk mandi menggunakan air dari Sapta Tirta Pablengan. Semua proses tersebut memiliki makna tertentu kenapa harus mandi dari tujuh mata air tersebut. Ketujuh sumber air tersebut adalah:
BANYU BLENG
Banyu Bleng atau Sumber mata air
Bleng ada di Sapta Tirta Dan nama Desa Pablengan Berasal Dari adanya Sumber air
Bleng ini, Pablengan dalam bahasa Jawa bearsal dari kata dasar Bleng Mendapat
Awalan Pa dan akhiran an yang Berarti Tempat Bleng berada.
Air Bleng dahulu banyak dimanfaatkan
untuk perekat pembuatan Karak atau Kerupuk Nasi, Rambak dan jenis-jenis kerupuk
lainnya, namun kini jarang orang yang masih memanfaatkan air bleng untuk
pembuatan berbagai olahan kerupuk, karena kini telah banyak dijual Obat
geendar/Bleng, Cetitet yang dengan mudah dibeli di warung-warung.
Untuk mandi yang pertama, Pangeran Samber Nyawa
menggunakan sumber air bleng yang bertujuan ngeblengke
(menyatukan) tekad, pikiran, hati, dan keinginan untuk mengusir
Belanda dari wilayah Mataram.
BANYU USUS-USUS
Banyu Urus-Urus atau Air Urus-Urus
yang sama efeknya dengan Garam Ingris Atau obat Cuci Perut. Mata air ini
mempunyai suhu yang hangat dan pengunjung biasanya memanfaatkan airnya untuk
mandi dengan harapan dapat mengusir penyakit kulit seperti gatal dan juga
rematik. Air urus-urus bermanfaat juga seperti fungsi pil B Kompleks, untuk
cuci perut. Jika anda meminum segelas atau lebih ar urus-urus, biasanya tidak
sampai 1 jam perut Anda akan membuang seluruh kotorannya. Urus-urus
adalah istilah Jawa yang berarti menguras. Dalam hal ini, menguras atau
membersihkan diri pribadi dari segala macam nafsu angkara dan keserakahan.
Setelah seseorang melakoni topo ngebleng, diharapkan dapat meraih kebeningan
hati dan kejernihan pikiran. Bersih atau suci lahir dan batin guna melandasi
langkah berikutnya dalam meraih cita-cita luhur.
BANYU PANGURIPAN
Sumber
air hidup. Air yang keluar dari kaki gunung Lawu ini selalu bergolak dapat
diibaratkan bergolaknya kehidupan. Namun air hidup tidak terasa hangat. Dapat
digunakan untuk mencuci muka atau mandi. Sumber air hidup dipercaya
bahwa dapat membuat wajah akan terlihat awet muda. Selain itu, sumber mata air
ini juga sering digunakan untuk ritual pernikahan yang ada di sekitar lokasi
Pemandian Sapta Tirta. Makna spiritual air kehidupan bahwa setelah seseorang
mampu mensucikan lahir batinnya, barulah dapat disebut sudah hidup dan siap
melakoni perjalanan hidup agar berguna bagi seluruh kehidupan di planet bumi
ini.
BANYU MATI
Hanya
berjarak sekitar 3 meter, persis di samping sumber air hidup, terdapat sumber
air mati. Disebut air mati karena terdapat kandungan mengandung mineral
berbahaya jika terlalu banyak masuk ke dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan
dan jiwa. Namun jika dimanfaatkan sedikit saja atau sekedar untuk mandi, justru
akan memberikan manfaat besar untuk kesehatan dan kekuatan fisik. Makna yang
terkandung di dalam air mati ini, bahwa dalam kehidupan di dunia ini ada hidup
dan ada mati. Di dalam kehidupan ada kematian, namun begitu juga di dalam
kematian ada kehidupan. Keduanya menjadi pepeling kita dalam menjalani
kehidupan ini. Dalam spiritual Jawa dikenal laku mati sajroning urip
atau mati di dalam hidup. Agar kelak dapat nggayuh urip sajroning
pati, atau meraih kemuliaan hidup di alam kematian raga. Untuk meraih
kemuliaan hidup di dimensi wadag maupun dimensi keabadian, seseorang harus
mampu dan mau “mematikan” atau lebih tepatnya mengendalikan segala sifat buruk,
nafsu angkara dan keserakahan yang ada di dalam diri.
BANYU SODA
Sumber
air soda. Air yang dihasilkan dari mata air ini memiliki rasa mirip soda atau
lebih tepatnya minuman pocari sweet. Air Soda dapat digunakan untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diabetes, paru-paru seperti TBC,
bronchitis, dan penyakit lever serta ginjal. Makna yang tersirat di dalam
mata air Soda ini adalah, di dalam kehidupan ini pasti ada pahit getir, ada
sakit, ada pula kekalahan. Air soda adalah “obat” untuk menawarkan segala macam
aral kehidupan seperti kesialan dan sebagainya. Berguna untuk membangkitkan
kesadaran, memulihkan semangat perjuangan dan meraih kembali kebugaran lahir
dan batin.
BANYU KASEKTEN
Sumber
air kasekten tidak berasa asin maupun asam. Namun berasa ada kandungan seperti
besi baja atau metal. Warnanya juga sedikit kekuningan seperti larutan baja. Di
lokasi ini terasa sekali energinya begitu kuat, bahkan walau sekedar membasuh
wajah dan ubun-ubun terasa ada kekuatan yang sungguh menakjubkan. Sendang
kasekten, bermakna bahwa berbagai rintangan, keprihatinan, yang tergambar di
beberapa sendang sebelumnya, semuanya kita jadikan sebagai arena untuk menguji
diri. Jika lolos, berarti seseorang akan meraih ngelmu sejati. Yakni
kesaktian yang diperoleh bukan lewat cara mahar, mejik, instan dan sejenisnya,
melainkan konsekuensi logis (baca : berkah alam) dari perjalanan “laku
prihatin” yang tidak ringan. Jika alam semesta menilai perjalanan atau laku
prihatin Anda telah layak, maka alam semesta ini akan selalu berpihak
kepada Anda. Di sendang ini Anda akan mudah mendapatkan kekuatan lahir dan
batin, dan kemampuan lebih di atas rata-rata orang.
BANYU KAMULYAN
Pada
akhirnya, setelah perjalanan melalui 6 tahap tersebut, seseorang akan sampai
pada tahap meraih kamulyaning gesang. Kemuliaan hidup adalah buah atau
konsekuensi logis atas apa yang Anda tanam sebelumnya. Banyak orang merasa tlah
melakukan prihatin tetapi motivasinya kadang sudang melenceng atau malah
terlampau jauh dari kemampuan diri. Gegayuhan yang menjadi ilusi karena tidak
lain hanyalah seonggok utopia. Maka dalam berusaha meraih cita-cita hendaknya
kita benar-benar pandai memantaskan diri, kita harus pandai mengukur diri,
harus pandai bercermin. Sudahkah pantas diri kita menerima anugrah dan berkah
yang kita cita-citakan itu ? Untuk dapat mengukur dan mencermati diri sendiri,
maka tanyakan pada diri kita sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk
keluarga, untuk orang-orang terdekat, untuk masyarakat, untuk bangsa dan Negara
ini ? Jangan terbalik melulu bertanya dan menuntut apa yang seharusnya anda
miliki dan terima. Jika Anda belum meberi maka alam semesta ini akan pelit
kepada diri Anda. Berikan yang paling berharga kepada seluruh mahluk dengan
rasa welas asih, tulus dan tanpa pilih kasih. Lalu lihatlah, saksikan, dan
rasakan buktinya.
Sebenarnya ada 8 sumber,
yaitu sumber air tawar. Tetapi letaknya di bukit, di atas, tak jauh dari
kompleks Sapta Tirta. Di kompleks ini disediakan mushola. Bangunan kuno yang
lain, selain tempat semedi, adalah Pemandian Keputren.
Dulu memang tempat mandi
para puteri. Tempat ini juga keramat. Orang tidak boleh berlaku sembarangan.
Kalau mau masuk atau mandi, harus seijin pengelola. Orang yang hendak berziarah
ke makam raja-raja di Astana Mangadeg, Giribangun, biasanya mandi dulu di
Pemandian Keputren dan mohon ijin Pangeran Sambernyawa di petak semedi.
Sapta Tirta, salah satu
wisata alam yang “ajaib”. Saat ini, Sapta Tirta terus dibangun dan
dikembangkan,
Banyak pengunjung yang
menginap atau bermalam di tempat ini sampai dini hari. Oleh sebab itu, sekarang
telah disediakan panggung terbuka untuk menyajikan hiburan. Jenisnya pagelaran
wayang kulit semalam suntuk, atau sendra tari, atau hiburan lain yang bersifat
seni klasik.
Sapta Tirta buka mulai
pukul 8 pagi sampai sore hari. Tetapi bagi mereka yang datang setiap waktu,
misalnya malam hari, pengelola selalu siap melayani. Perlu diketahui, kompleks
ini sering dijadikan “menyepi dan semedi” di kala malam hari. Pengunjung tidak
hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga ada yang datang dari luar Jawa. Bahkan, ada
yang datang dari manca negara, tetapi umumnya, mereka dari suku Jawa.
Atau masih keturunan, atau
“trah” KGPAA Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa.
Di
dalam areal sumber air Sapta Tirta terdapat Sasana Pamelengan, merupakan tempat
pasamaden, mesu budi, atau pamelengan. Di tempat inilah dahulu kala Pangeran
Sambernyawa melakukan olah pasamaden untuk maneges agar segala cita-cita dan
harapan luhurnya mengusir penjajah Belanda dan menyatukan bumi Mataram dapat
terwujud.
Pada
saat melakukan olah Pasamaden, ada bait mantra berupa tembang yang terdapat di
dalam Serat Wedhatama Pupuh Pangkur Podo kaping 13 liriknya sebagai berikut :
Tan samar pamoring suksmaSinuksmaya winahya ing asepi
Sinimpen telenging kalbu
Pambukaning warana
Tarlen saking liyep layaping aluyup
Pindha pesating sumpena
Sumusuping rasa jati
Artinya :
Tidaklah
samar-samar saat sukma menyatu, meresap terpatri dalam keheningan samadi,
diendapkan di kedalaman lubuk hati, itu menjadi sarana pembuka tabir rahasia
hidup, tanda-tandanya berawal dari keadaan antara sadar dan tiada, serasa
bagaikan mimpi, tetapi di situlah rahsa yang sejati.
Sumber:
http://jalan2.com/city/karanganyar/pemandian-sapta-tirta/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar