Jumat, 05 September 2014

Sapta Tirta


SUMBER MATA AIR SAPTA TIRTA Sapta Tirta Salah satu tempat sumber air hangat di kabupaten Karanganyar di Kecamatan Matesih, di Desa Pablengan tepatnya. Sapta Tirta jika runtut dari namanya berasal dari kata Sapta dan Tirta, Sapta yang berarti Tujuh dan Tirta berarti Air Sapta Tirta sama dengan Tujuh Air. Di Sapta Tirta terdapat tujuh sumber mata air yang berbeda-beda jenis dan karakteristik Airnya.



Sapta Tirta yang merupakan salah satu Tempat Pemandian air hangat di seputaran Matesih. Sumber Air Sapta Tirta Saat ini di renovasi lagi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar, Pembangunan area wisata sumber mata air Sapta tirta Membuat tempat itu semakin Rapi Dan Indah Di Pandang Mata.

Sapta Tirta Berada Di Bawah Bukit Yang Bernama Argo Tiloso Yang berada Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jateng. Nama desa Pablengan Tempat Sumber Air sapta Tirta ini sendiri di Ambil dari Salah satu Mata air dari Ketujuh Mata Air Sapta Tirta. 
“Sapta Tirta ini mempunyai kaitan erat dengan sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said melawan VOC, tahun 1741 sampai 1757, kata Sugeng, 32 tahun, salah seorang pengelola Sapta Tirta.
Dulu lokasi ini bekas benteng pertahanan Pangeran Raden Mas Said, yang karena saktinya, beliau mendapat julukan Pangeran Sambernyawa. VOC memang berhasil menduduki benteng itu. Lalu benteng diobrak-abrik rata dengan tanah. Tetapi Sapta Tirta tidak terusik sampai sekarang. 

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkoenegoro Senopati Ing Ayudo Lelono Joyo Misesa yang hidup sekitar tahun 1725-1795, terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyawa. Perjuangannya mempersatukan Bumi Mataram dan mengusir Belanda dengan taktik perang gerilya mengusung semboyan Tiji Tibeh (Mati Siji Mati Kabeh atau mati satu, mati semua).

Konon, Pangeran Samber Nyawa mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa untuk mandi menggunakan air dari Sapta Tirta Pablengan. Semua proses tersebut memiliki makna tertentu kenapa harus mandi dari tujuh mata air tersebut. Ketujuh sumber air tersebut adalah:



BANYU BLENG
Banyu Bleng atau Sumber mata air Bleng ada di Sapta Tirta Dan nama Desa Pablengan Berasal Dari adanya Sumber air Bleng ini, Pablengan dalam bahasa Jawa bearsal dari kata dasar Bleng Mendapat Awalan Pa dan akhiran an yang Berarti Tempat Bleng berada.

Air Bleng dahulu banyak dimanfaatkan untuk perekat pembuatan Karak atau Kerupuk Nasi, Rambak dan jenis-jenis kerupuk lainnya, namun kini jarang orang yang masih memanfaatkan air bleng untuk pembuatan berbagai olahan kerupuk, karena kini telah banyak dijual Obat geendar/Bleng, Cetitet yang dengan mudah dibeli di warung-warung.
 
Untuk mandi yang pertama, Pangeran Samber Nyawa menggunakan sumber air bleng yang bertujuan ngeblengke (menyatukan) tekad, pikiran, hati, dan keinginan untuk mengusir Belanda dari wilayah Mataram.

BANYU USUS-USUS
Banyu Urus-Urus atau Air Urus-Urus yang sama efeknya dengan Garam Ingris Atau obat Cuci Perut. Mata air ini mempunyai suhu yang hangat dan pengunjung biasanya memanfaatkan airnya untuk mandi dengan harapan dapat mengusir penyakit kulit seperti gatal dan juga rematik. Air urus-urus bermanfaat juga seperti fungsi pil B Kompleks, untuk cuci perut. Jika anda meminum segelas atau lebih ar urus-urus, biasanya tidak sampai 1 jam perut Anda akan membuang seluruh kotorannya. Urus-urus adalah istilah Jawa yang berarti menguras. Dalam hal ini, menguras atau membersihkan diri pribadi dari segala macam nafsu angkara dan keserakahan. Setelah seseorang melakoni topo ngebleng, diharapkan dapat meraih kebeningan hati dan kejernihan pikiran. Bersih atau suci lahir dan batin guna melandasi langkah berikutnya dalam meraih cita-cita luhur.


BANYU PANGURIPAN
Sumber air hidup. Air yang keluar dari kaki gunung Lawu ini selalu bergolak dapat diibaratkan bergolaknya kehidupan. Namun air hidup tidak terasa hangat. Dapat digunakan untuk mencuci muka atau mandi. Sumber air hidup dipercaya bahwa dapat membuat wajah akan terlihat awet muda. Selain itu, sumber mata air ini juga sering digunakan untuk ritual pernikahan yang ada di sekitar lokasi Pemandian Sapta Tirta. Makna spiritual air kehidupan bahwa setelah seseorang mampu mensucikan lahir batinnya, barulah dapat disebut sudah hidup dan siap melakoni perjalanan hidup agar berguna bagi seluruh kehidupan di planet bumi ini.


BANYU MATI

Hanya berjarak sekitar 3 meter, persis di samping sumber air hidup, terdapat sumber air mati. Disebut air mati karena terdapat kandungan mengandung mineral berbahaya jika terlalu banyak masuk ke dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan dan jiwa. Namun jika dimanfaatkan sedikit saja atau sekedar untuk mandi, justru akan memberikan manfaat besar untuk kesehatan dan kekuatan fisik. Makna yang terkandung di dalam air mati ini, bahwa dalam kehidupan di dunia ini ada hidup dan ada mati. Di dalam kehidupan ada kematian, namun begitu juga di dalam kematian ada kehidupan. Keduanya menjadi pepeling kita dalam menjalani kehidupan ini. Dalam spiritual Jawa dikenal laku mati sajroning urip atau mati di dalam hidup. Agar kelak dapat nggayuh urip sajroning pati, atau meraih kemuliaan hidup di alam kematian raga. Untuk meraih kemuliaan hidup di dimensi wadag maupun dimensi keabadian, seseorang harus mampu dan mau “mematikan” atau lebih tepatnya mengendalikan segala sifat buruk, nafsu angkara dan keserakahan yang ada di dalam diri.
 



BANYU SODA

Sumber air soda. Air yang dihasilkan dari mata air ini memiliki rasa mirip soda atau lebih tepatnya minuman pocari sweet. Air Soda dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diabetes, paru-paru seperti TBC, bronchitis, dan penyakit  lever serta ginjal. Makna yang tersirat di dalam mata air Soda ini adalah, di dalam kehidupan ini pasti ada pahit getir, ada sakit, ada pula kekalahan. Air soda adalah “obat” untuk menawarkan segala macam aral kehidupan seperti kesialan dan sebagainya. Berguna untuk membangkitkan kesadaran, memulihkan semangat perjuangan dan meraih kembali kebugaran lahir dan batin.



BANYU KASEKTEN

Sumber air kasekten tidak berasa asin maupun asam. Namun berasa ada kandungan seperti besi baja atau metal. Warnanya juga sedikit kekuningan seperti larutan baja. Di lokasi ini terasa sekali energinya begitu kuat, bahkan walau sekedar membasuh wajah dan ubun-ubun terasa ada kekuatan yang sungguh menakjubkan. Sendang kasekten, bermakna bahwa berbagai rintangan, keprihatinan, yang tergambar di beberapa sendang sebelumnya, semuanya kita jadikan sebagai arena untuk menguji diri. Jika lolos, berarti seseorang akan meraih ngelmu sejati. Yakni kesaktian yang diperoleh bukan lewat cara mahar, mejik, instan dan sejenisnya, melainkan konsekuensi logis (baca : berkah alam) dari perjalanan “laku prihatin” yang tidak ringan. Jika alam semesta menilai perjalanan atau laku prihatin Anda telah layak, maka alam semesta ini akan selalu berpihak kepada Anda. Di sendang ini Anda akan mudah mendapatkan kekuatan lahir dan batin, dan kemampuan lebih di atas rata-rata orang.





BANYU KAMULYAN
Pada akhirnya, setelah perjalanan melalui 6 tahap tersebut, seseorang akan sampai pada tahap meraih kamulyaning gesang. Kemuliaan hidup adalah buah atau konsekuensi logis atas apa yang Anda tanam sebelumnya. Banyak orang merasa tlah melakukan prihatin tetapi motivasinya kadang sudang melenceng atau malah terlampau jauh dari kemampuan diri. Gegayuhan yang menjadi ilusi karena tidak lain hanyalah seonggok utopia. Maka dalam berusaha meraih cita-cita hendaknya kita benar-benar pandai memantaskan diri, kita harus pandai mengukur diri, harus pandai bercermin. Sudahkah pantas diri kita menerima anugrah dan berkah yang kita cita-citakan itu ? Untuk dapat mengukur dan mencermati diri sendiri, maka tanyakan pada diri kita sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk keluarga, untuk orang-orang terdekat, untuk masyarakat, untuk bangsa dan Negara ini ? Jangan terbalik melulu bertanya dan menuntut apa yang seharusnya anda miliki dan terima. Jika Anda belum meberi maka alam semesta ini akan pelit kepada diri Anda. Berikan yang paling berharga kepada seluruh mahluk dengan rasa welas asih, tulus dan tanpa pilih kasih. Lalu lihatlah, saksikan, dan rasakan buktinya.



Sebenarnya ada 8 sumber, yaitu sumber air tawar. Tetapi letaknya di bukit, di atas, tak jauh dari kompleks Sapta Tirta. Di kompleks ini disediakan mushola. Bangunan kuno yang lain, selain tempat semedi, adalah Pemandian Keputren. 
Dulu memang tempat mandi para puteri. Tempat ini juga keramat. Orang tidak boleh berlaku sembarangan. Kalau mau masuk atau mandi, harus seijin pengelola. Orang yang hendak berziarah ke makam raja-raja di Astana Mangadeg, Giribangun, biasanya mandi dulu di Pemandian Keputren dan mohon ijin Pangeran Sambernyawa di petak semedi.
Sapta Tirta, salah satu wisata alam yang “ajaib”. Saat ini, Sapta Tirta terus dibangun dan dikembangkan,
Banyak pengunjung yang menginap atau bermalam di tempat ini sampai dini hari. Oleh sebab itu, sekarang telah disediakan panggung terbuka untuk menyajikan hiburan. Jenisnya pagelaran wayang kulit semalam suntuk, atau sendra tari, atau hiburan lain yang bersifat seni klasik.

Sapta Tirta buka mulai pukul 8 pagi sampai sore hari. Tetapi bagi mereka yang datang setiap waktu, misalnya malam hari, pengelola selalu siap melayani. Perlu diketahui, kompleks ini sering dijadikan “menyepi dan semedi” di kala malam hari. Pengunjung tidak hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga ada yang datang dari luar Jawa. Bahkan, ada yang datang dari manca negara, tetapi umumnya, mereka dari suku Jawa. 
Atau masih keturunan, atau “trah” KGPAA Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa.


SASANA PAMELENGAN
Di dalam areal sumber air Sapta Tirta terdapat Sasana Pamelengan, merupakan tempat pasamaden, mesu budi, atau pamelengan. Di tempat inilah dahulu kala Pangeran Sambernyawa melakukan olah pasamaden untuk maneges agar segala cita-cita dan harapan luhurnya mengusir penjajah Belanda dan menyatukan bumi Mataram dapat terwujud.
Pada saat melakukan olah Pasamaden, ada bait mantra berupa tembang yang terdapat di dalam Serat Wedhatama Pupuh Pangkur Podo kaping 13 liriknya sebagai berikut :
Tan samar pamoring suksma
Sinuksmaya winahya ing asepi
Sinimpen telenging kalbu
Pambukaning warana
Tarlen saking liyep layaping aluyup
Pindha pesating sumpena
Sumusuping rasa jati

Artinya :
Tidaklah samar-samar saat sukma menyatu, meresap terpatri dalam keheningan samadi, diendapkan di kedalaman lubuk hati, itu menjadi sarana pembuka tabir rahasia hidup, tanda-tandanya berawal dari keadaan antara sadar dan tiada, serasa bagaikan mimpi, tetapi di situlah rahsa yang sejati.




Sumber:
http://jalan2.com/city/karanganyar/pemandian-sapta-tirta/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar