A. Latar Belakang
Gedung Wayang Orang Sriwedari |
Gedung Wayang Orang Sriwedari adalah sebuah gedung
pertunjukan wayang orang yang ada di Taman Sriwedari.
Tempat ini menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan
cerita wayang berdasarkan pada cerita Ramayana
dan Mahabarata/
Pada kesempatan tertentu juga digelar cerita-cerita wayang orang gabungan
antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta dan bahkan
dengan seniman-seniman wayang orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya.
Wayang Orang
Contoh, Pandhawa dan Kresna dalam Wayang Orang
Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa)
adalah wayang
yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang
tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.
Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi
dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit
yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi
menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut.
Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang
kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit
(kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias
mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
Pertunjukan wayang orang yang masih ada saat ini, salah
satunya adalah wayang orang Barata (di kawasan Pasar Senen,
Jakarta),
Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari Solo.
Taman Budaya
Raden Saleh Semarang, dan lain-lain.
B. Waktu dan Tempat
Wayang Orang Sriwedari digelar setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 20.00 WIB di komplek taman Sriwedari jalan Brigjen Slamet Riyadi 275, Penumping, Laweyan Solo. Setiap harinya cerita Wayang Orang berbeda dan tentunya sangat menarik dan banyak keseruannya. C. Manfaat
- Merupakan salah satu ajang promosi yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung
ke Solo
- Memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya Jawa
khususnya “Wayang Orang”
- Sebagai sarana untuk belajar kebudayaan Indonesia
khususnya "Wayang Orang"
- Sebagai ikon sarana hiburan yang ada di kola Solo
Pementasan Wayang Orang Sriwedari
Jumat,
04 Maret 2016
Limbuk Wuyung
Sutradara : RT. Sulistyanto Dipuro. BA
Cerita
wayang sebenarnya hanyalah simbol kehidupan manusia. Lakon wayang dalam
kehidupan didalamnya tersaji realitas kehidupan manusia sehari-hari. Seperti
cerita “Limbuk Wuyung” ini menggambarkan mengenai makna ketulusan kasih sayang
yang tentunya penuh dengan ujian dan hambatan.
Foto dengan pemain tokoh Resi Durna setelah pertunjukan Limbuk Wuyung
Latar Belakang Cerita Limbuk Wuyung
Kisah
Limbuk Wuyung bermula dari keresahan Resi Sidik Wacana dari pertapaan Andong
Cinawi terhadap tingkah polah cucunya yaitu Pergiwa, istri Gatutkaca. Pergiwa
bosan tinggal di Pringgodani karena ia merasa diabaikan oleh Gatutkaca yang
selalu sibuk mengurusi pekerjaannya sebagai pemimpin pasukan di Kerajaan
Amarta. Pergiwa akhirnya memilih pergi ke Andong Cinawi untuk menenangkan diri.
Pergiwa merasa sudah tidak ada gunanya lagi berada di Pringgodani karena suaminya
tidak bisa mengatur waktu sehingga ia dinomor duakan.
Sebagai
Resi yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, Sidik Wacanapun segera
mengatur siasat supaya kehidupan rumah tangga cucunya kembali harmonis. Untuk
itulah dirinyapun mendandani Pergiwa menjadi Limbuk, seorang emban di Andong
Cinawi. Alkisah , limbuk jadi-jadian pun menjadi sangat istimewa dan pandai
memikat hati lelaki. Bahkan Gatutkaca dan petrukpun terpikat padanya. Namun,
mereka berdua ternyata kalah cepat dengan Kurawa yang berhasil menculik Limbuk
untuk dinikahkan dengan Lesmana, anak Raja Duryudana dari kerajaan Astina.
Pertempuran sengitpun tak dapat dihindarkan. Namun apa daya mereka semua harus
menelan kekecewaan. Karena setelah pertempuran, ternyata Limbuk adalah jelmaan
dari Pergiwa. Gatutkaca menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada
istrinya. Setelah tak mendapat hasil apapun, Kurawa nekat ingin merampas
Pergiwa dari tangan suaminya. Di situlah Gatutkaca merasa harus mempertahankan
Pergiwa. Meskipun kalah jumlah atau pasukan namun karena didorong dengan niat
untuk melindungi istrinya dari jamahan para Kurawa, Gatutkacapun mengamuk
sejadi-jadinya dan membuat Kurawa babak belur hingga akhirnya menyerah dan
melepaskan Pergiwa.
Latar (tempat)
DP Ngastino : Prabu Suyudana, Durna, Sengkuni, Lesmono,
Dursosono lan Para Kurowo trang bab Lesmono nyuwun daup Pergiwo trang Durna
sagah nyidra dal Kurawa gyo awat-awati.
Alas Cang :
Repat goro-goro tung Abimanyu mring rahtawu nyorowidegke Pergiwo trang tung Kl.
Condroyakgso. Dadi prang panah badar bir condre trang timbule Pergiwo yen Gatutkaca
mlenceng saka ksatriyane trang dewo Bali, gyo tus repat mring Pringgodani.
Alun-alun :
Repat jejagi gyo Limbuk, trang arso suwito Gatutkaca trang Petruk gandrung
(alang-alangi) arso pota-pota oncat repat bujung.
Taman Pringgodani :
Gatutkaca ngalamun tinenggah pro mban
gyo gandrung trang tung Limbuk, repat trang arso suwito gyo katampa.
Petruk gyo bingung arso lapur Seno dal, trang tung Seno kinen pisah tan purun
gyo rangket Gatutkaca los. Seno jung Petruk gyo mota-mota Limbuk los repat nungka.
Margo :
Durna pak Kurawa lan Limbuk trang kinen ngajeni gyo sungkem. Gyo kembang sarirowo kapundut Durna trus cat Limbuk
karuna tung repat gyo jarwani kembang titisane Pergiwo trang arso ngupadi
Gatutkaca trang tung Gatutkaca trang arso ngupadi tung Kresno pak Seno Harjuno
trang Kresno gyo tus Harjuno- Gatutkaca dal taman Astino, Kresno Juno gyo
jumpangi dal Abimanyu.
Taman Astino : Dewi Banowati, Lesmonowati, Pergiwo byong
Harjuno Gatutkaca Abimanyu trang gyo boyong Pergiwo trang Juno-Gatutkaca-Abimanyu dal tung Lesmono Kurowo a rso boyong Pergiwo kecelek
trang Bonowati tur gyo Lesmono pak nututi dal.
Margo Los :
Kresno-Seno pag Juno-Gatutkaca-Manyu-Pergiwo trang gyo pasrah Seno, Kresno pak
bali Pringgodani dal tung Lesmono. S engkuni, Kurowo dadi prang kroyok bubar mawut
trus tayung.
------
Sang
Raja membicarakan keinginan putranya, yaitu Lesmana yang ingin mempersunting
Dewi Pergiwa. Kemudian
Sang
Resi Durna menyanggupinya dan segera
menculik Dewi Pergiwa.
HUTAN
KRENDOYONO
Para
Punakawan sedang beristirahat, bersenda gurau dengan melantunkan
tembang-tembang Jawa sebagai penghilang rasa lelah dan penghibur diri.
Datanglah
Abimanyu untuk mengajak abdinya meneruskan perjalanan. Tiba-tiba datanglah
raksasa Drubigsa yang ingin membunuhnya, maka terjadilah peperangan diantara
mereka.
Akhirnya
raksasa Drubigsa kalah dan berubah wujud asllinya menjadi “Betara Candra”
Betara
Candra bersabda bahwa munculnya Dewi Pergiwa apabila Gatotkaca melakukan
tindakan yang tidak benar atau salah, maka Abimanyu segera melanjutkan
perjalanannya.
ALUN-ALUN
PRINGGODANI
Para punakawan yang sedang berjaga di alun-alun
bertemu dengan Limbuk yang ingin mengabdi pada Gatutkaca. Para Punakawan
menolaknya, tapi Limbuk tetap memaksa
masuk untuk bertemu dengan Gatutkaca.
TAMAN PRINGGODANI
Gatutkaca
sedih hatinya karena ditinggal pergi istrinya, yaitu Dewi Pergiwa. Tak lama
kemudian, datanglah Limbuk dan Punakawan menghampirinya.
Limbuk
mengungkapkan keinginannya untuk mengabdi kepada Gatutkaca. Dilain pihak,
Petruk merasa tidak terima dengan keputusan tersebut, ia pun segera melapor
kepada Bima.
Datanglah
Bima yang kemudian meminta kepada
Gatutkaca untuk mengurungkan niatnya, akan tetapi Gatutkaca tetap pada
pendiriannya, segeralah Bima menghajar Gatutkaca.
Bima
menyesali perbuatannya itu kepada Gatutkaca, segera ia pergi ke Dwarawati.
Petruk segera mengungkapkan perasaannya kepada Limbuk, bahwa ia jatuh cinta
kepadanya akan tetapi Limbuk tidak menanggapinya dan segera ia pergi
meninggalkannya.
Resi
Durna dan para Kurawa bertemu dengan Limbuk. Mengetahui kepala dari Limbuk
bercanduk bunga, segera Resi Durna mengambilnya dan meninggalkan Limbuk
sendirian.
Tak
lama kemudian, datanglah para Punakawan yang menghampiri Limbuk. Limbuk
mengatakan bahwa Resi Durna telah mengambil bunganya. Bunga itu merupakan
jelmaan dari Dewi Pergiwa, segera
Limbuk dan para Punakawan mencari Gatutkaca.
Limbuk
dan para Punakawan bertemu dengan Gatutkaca, lalu menceritakan semua kejadian
yang baru saja terjadi. Tak lama, datanglah Sri Krisna, Bima dan Arjuna segera
Sri Krisna menyuruh Gatutkaca beserta Arjuna ke Astina.
TAMAN
ASTINA
Dewi
Banawati dan Pergiwa bersama para abdinya. Dewi Banawati bersedia untuk
membantu Pergiwa dalam semua masalah yang dialaminya.
Datanglah
Arjuna dan Gatutkaca untuk membebaskan Pergiwa yang akan dijodohkan dengan
Lesmana untuk diajak kembali ke Pringgadani.
Datanglah
Lesmana untuk bertemu dengan Pergiwa. Tetapi Dewi Banawati mengatakan bahwa Pergiwa sudah
dibawa pergi oleh Gatutkaca dan Arjuna, segera Lesmana dan para Kurawa
mengejarnya.
Sri
Krisna dan Bima menerima datangnya
Arjuna, Gatutkaca dan Abimanyu yang berhasil membawa Pergiwa keluar dari
cengkraman Lesmana. Tak lama datanglah Lesmana dan para Kurawa untuk merebut
kembali Pergiwa.
Terjadilah
peperangan yang sengit antara Bima dan para Kurawa. Akhirnya para Kurwa dapat diporak-porandakan oleh
sang Bima dan merayakan dengan tarian
kemenangan. TAYUNGAN.
Tarian kemenangan yang dilakukan oleh Bima "TAYUNGAN"
E. Catatan
Menurut
saya, Pergelaran atau Pementasan Wayang Orang ini harus tetap dijaga sekaligus
dilestarikan karena wayang orang merupakan satu dari sekian banyak warisan dari
jaman dahulu yang masih tetap populer di Indonesia sampai saat ini. Pementasan
wayang orang ini juga bisa menjadi
sarana untuk menjaga kebudayaan kita untuk dapat dikenalkan kepada anak cucu
kita nantinya. Pergelaran yang ada di Gedung Wayang Orang Sriwedari ini
merupakan ikon Kota Solo yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang tentunya berbeda dengan
daerah lainnya. Dukungan dari pemerintah sudah sangat bagus untuk tetap menjaga
pementasan Wayang Orang ini. Telah dibuktikan dengan banyaknya festival yang
diadakan di Gedung Wayang Orang ini. Terlebih lagi kita harus memberikan
penghargaan yang tinggi kepada para seniman Indonesia yang terus berfikir, dan berkaya
untuk tetap melestarikan kebudayaan Indonesia ini agar tidak punah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar