Jumat, 11 Maret 2016

Pementasan Wayang Orang Sriwedari - "Limbuk Wuyung"



             A. Latar Belakang


Gedung Wayang Orang Sriwedari







Gedung Wayang Orang Sriwedari adalah sebuah gedung pertunjukan wayang orang yang ada di Taman Sriwedari. Tempat ini menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang berdasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata/ Pada kesempatan tertentu juga digelar cerita-cerita wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta dan bahkan dengan seniman-seniman wayang orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya.




Wayang Orang
Contoh, Pandhawa dan Kresna dalam Wayang Orang

Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.

Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.

Pertunjukan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang orang Barata (di kawasan Pasar Senen, Jakarta), Taman Mini Indonesia Indah, Taman Sriwedari Solo. Taman Budaya Raden Saleh Semarang, dan lain-lain.


B. Waktu dan Tempat 
Wayang Orang Sriwedari digelar setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 20.00 WIB di komplek taman Sriwedari jalan Brigjen Slamet Riyadi 275, Penumping, Laweyan Solo. Setiap harinya cerita Wayang Orang berbeda dan tentunya sangat menarik dan banyak keseruannya.

               C. Manfaat 



- Merupakan salah satu ajang promosi yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Solo

- Memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya Jawa khususnya “Wayang Orang”

-  Sebagai sarana untuk belajar kebudayaan Indonesia khususnya "Wayang Orang"

-  Sebagai ikon sarana hiburan yang ada di kola Solo



D. Tiket Masuk : 3000 per orang on the spot





Pementasan Wayang Orang Sriwedari

Jumat, 04 Maret 2016

Limbuk Wuyung

Sutradara : RT. Sulistyanto Dipuro. BA

Cerita wayang sebenarnya hanyalah simbol kehidupan manusia. Lakon wayang dalam kehidupan didalamnya tersaji realitas kehidupan manusia sehari-hari. Seperti cerita “Limbuk Wuyung” ini menggambarkan mengenai makna ketulusan kasih sayang yang tentunya penuh dengan ujian dan hambatan.


Foto dengan pemain tokoh Resi Durna setelah pertunjukan Limbuk Wuyung



Latar Belakang Cerita Limbuk Wuyung

Kisah Limbuk Wuyung bermula dari keresahan Resi Sidik Wacana dari pertapaan Andong Cinawi terhadap tingkah polah cucunya yaitu Pergiwa, istri Gatutkaca. Pergiwa bosan tinggal di Pringgodani karena ia merasa diabaikan oleh Gatutkaca yang selalu sibuk mengurusi pekerjaannya sebagai pemimpin pasukan di Kerajaan Amarta. Pergiwa akhirnya memilih pergi ke Andong Cinawi untuk menenangkan diri. Pergiwa merasa sudah tidak ada gunanya lagi berada di Pringgodani karena suaminya tidak bisa mengatur waktu sehingga ia dinomor duakan.
Sebagai Resi yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, Sidik Wacanapun segera mengatur siasat supaya kehidupan rumah tangga cucunya kembali harmonis. Untuk itulah dirinyapun mendandani Pergiwa menjadi Limbuk, seorang emban di Andong Cinawi. Alkisah , limbuk jadi-jadian pun menjadi sangat istimewa dan pandai memikat hati lelaki. Bahkan Gatutkaca dan petrukpun terpikat padanya. Namun, mereka berdua ternyata kalah cepat dengan Kurawa yang berhasil menculik Limbuk untuk dinikahkan dengan Lesmana, anak Raja Duryudana dari kerajaan Astina. Pertempuran sengitpun tak dapat dihindarkan. Namun apa daya mereka semua harus menelan kekecewaan. Karena setelah pertempuran, ternyata Limbuk adalah jelmaan dari Pergiwa. Gatutkaca menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada istrinya. Setelah tak mendapat hasil apapun, Kurawa nekat ingin merampas Pergiwa dari tangan suaminya. Di situlah Gatutkaca merasa harus mempertahankan Pergiwa. Meskipun kalah jumlah atau pasukan namun karena didorong dengan niat untuk melindungi istrinya dari jamahan para Kurawa, Gatutkacapun mengamuk sejadi-jadinya dan membuat Kurawa babak belur hingga akhirnya menyerah dan melepaskan Pergiwa.

Latar (tempat)
DP Ngastino : Prabu Suyudana, Durna, Sengkuni, Lesmono, Dursosono lan Para Kurowo trang bab Lesmono nyuwun daup Pergiwo trang Durna sagah nyidra dal Kurawa gyo awat-awati.  
Alas Cang      : Repat goro-goro tung Abimanyu mring rahtawu nyorowidegke Pergiwo trang tung Kl. Condroyakgso. Dadi prang panah badar bir condre trang timbule Pergiwo yen Gatutkaca mlenceng saka ksatriyane trang dewo Bali, gyo tus repat mring Pringgodani.
Alun-alun       : Repat jejagi gyo Limbuk, trang arso suwito Gatutkaca trang Petruk gandrung (alang-alangi) arso pota-pota oncat repat bujung.
Taman Pringgodani : Gatutkaca ngalamun tinenggah pro mban  gyo gandrung trang tung Limbuk, repat trang arso suwito gyo katampa. Petruk gyo bingung arso lapur Seno dal, trang tung Seno kinen pisah tan purun gyo rangket Gatutkaca los. Seno jung Petruk gyo mota-mota Limbuk los repat nungka.
Margo            : Durna pak Kurawa lan Limbuk trang kinen ngajeni gyo sungkem. Gyo kembang  sarirowo kapundut Durna trus cat Limbuk karuna tung repat gyo jarwani kembang titisane Pergiwo trang arso ngupadi Gatutkaca trang tung Gatutkaca trang arso ngupadi tung Kresno pak Seno Harjuno trang Kresno gyo tus Harjuno- Gatutkaca dal taman Astino, Kresno Juno gyo jumpangi  dal Abimanyu.
Taman Astino : Dewi Banowati, Lesmonowati, Pergiwo byong Harjuno Gatutkaca Abimanyu trang gyo boyong Pergiwo trang  Juno-Gatutkaca-Abimanyu dal tung  Lesmono Kurowo a rso boyong Pergiwo kecelek trang Bonowati tur gyo Lesmono  pak  nututi dal.
Margo Los     : Kresno-Seno pag Juno-Gatutkaca-Manyu-Pergiwo trang gyo pasrah Seno, Kresno pak bali Pringgodani dal tung Lesmono. S engkuni, Kurowo dadi prang kroyok bubar mawut trus tayung.
------

Sengkuni memimpin para kurawa menghadap Raja Suyudana dan Pujangga Resi Durna.


Sang Raja membicarakan keinginan putranya, yaitu Lesmana yang ingin mempersunting Dewi Pergiwa. Kemudian Sang Resi Durna menyanggupinya  dan segera menculik Dewi Pergiwa.



HUTAN KRENDOYONO

Para Punakawan sedang beristirahat, bersenda gurau dengan melantunkan tembang-tembang Jawa sebagai penghilang rasa lelah dan penghibur diri.


Datanglah Abimanyu untuk mengajak abdinya meneruskan perjalanan. Tiba-tiba datanglah raksasa Drubigsa yang ingin membunuhnya, maka terjadilah peperangan diantara mereka.




Akhirnya raksasa Drubigsa kalah dan berubah wujud asllinya menjadi “Betara Candra”


Betara Candra bersabda bahwa munculnya Dewi Pergiwa apabila Gatotkaca melakukan tindakan yang tidak benar atau salah, maka Abimanyu segera melanjutkan perjalanannya.



ALUN-ALUN PRINGGODANI

Para  punakawan yang sedang berjaga di alun-alun bertemu dengan Limbuk yang ingin mengabdi pada Gatutkaca. Para Punakawan menolaknya,  tapi Limbuk tetap memaksa masuk untuk bertemu dengan Gatutkaca.







TAMAN  PRINGGODANI

Gatutkaca sedih hatinya karena ditinggal pergi istrinya, yaitu Dewi Pergiwa. Tak lama kemudian, datanglah Limbuk dan Punakawan menghampirinya.


Limbuk mengungkapkan keinginannya untuk mengabdi kepada Gatutkaca. Dilain pihak, Petruk merasa tidak terima dengan keputusan tersebut, ia pun segera melapor kepada Bima.







Datanglah Bima yang kemudian meminta  kepada Gatutkaca untuk mengurungkan niatnya, akan tetapi Gatutkaca tetap pada pendiriannya, segeralah Bima menghajar Gatutkaca.






Bima menyesali perbuatannya itu kepada Gatutkaca, segera ia pergi ke Dwarawati. Petruk segera mengungkapkan perasaannya kepada Limbuk, bahwa ia jatuh cinta kepadanya akan tetapi Limbuk tidak menanggapinya dan segera ia pergi meninggalkannya.




Resi Durna dan para Kurawa bertemu dengan Limbuk. Mengetahui kepala dari Limbuk bercanduk bunga, segera Resi Durna mengambilnya dan meninggalkan Limbuk sendirian.




Tak lama kemudian, datanglah para Punakawan yang menghampiri Limbuk. Limbuk mengatakan bahwa Resi Durna telah mengambil bunganya. Bunga itu merupakan jelmaan dari Dewi Pergiwa, segera Limbuk dan para Punakawan mencari Gatutkaca.


Limbuk dan para Punakawan bertemu dengan Gatutkaca, lalu menceritakan semua kejadian yang baru saja terjadi. Tak lama, datanglah Sri Krisna, Bima dan Arjuna segera Sri Krisna menyuruh Gatutkaca beserta Arjuna ke Astina.





TAMAN ASTINA

Dewi Banawati dan Pergiwa bersama para abdinya. Dewi Banawati bersedia untuk membantu Pergiwa dalam semua masalah yang dialaminya.


Datanglah Arjuna dan Gatutkaca untuk membebaskan Pergiwa yang akan dijodohkan dengan Lesmana untuk diajak kembali ke Pringgadani.




Datanglah Lesmana untuk bertemu dengan Pergiwa. Tetapi Dewi  Banawati mengatakan bahwa Pergiwa sudah dibawa pergi oleh Gatutkaca dan Arjuna, segera Lesmana dan para Kurawa mengejarnya.
Sri Krisna dan Bima menerima datangnya  Arjuna, Gatutkaca dan Abimanyu yang berhasil membawa Pergiwa keluar dari cengkraman Lesmana. Tak lama datanglah Lesmana dan para Kurawa untuk merebut kembali Pergiwa. 




Terjadilah peperangan yang sengit antara Bima dan para Kurawa. Akhirnya  para Kurwa dapat diporak-porandakan oleh sang  Bima dan merayakan dengan tarian kemenangan. TAYUNGAN.
Tarian kemenangan yang dilakukan oleh Bima "TAYUNGAN"


E. Catatan


Menurut saya, Pergelaran atau Pementasan Wayang Orang ini harus tetap dijaga sekaligus dilestarikan karena wayang orang merupakan satu dari sekian banyak warisan dari jaman dahulu yang masih tetap populer di Indonesia sampai saat ini. Pementasan wayang orang  ini juga bisa menjadi sarana untuk menjaga kebudayaan kita untuk dapat dikenalkan kepada anak cucu kita nantinya. Pergelaran yang ada di Gedung Wayang Orang Sriwedari ini merupakan ikon Kota Solo yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang tentunya berbeda dengan daerah lainnya. Dukungan dari pemerintah sudah sangat bagus untuk tetap menjaga pementasan Wayang Orang ini. Telah dibuktikan dengan banyaknya festival yang diadakan di Gedung Wayang Orang ini. Terlebih lagi kita harus memberikan penghargaan yang tinggi kepada para seniman Indonesia yang terus berfikir, dan berkaya untuk tetap melestarikan kebudayaan Indonesia ini agar tidak punah.

















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar