Raja
Pakubuwono X disebut sebagai Raja Besar Keraton Surakarta karena membangun
berbagai infrastruktur modern pada masa kepemimpinannya di Keraton Surakarta
(1893-1939). Selain membangun infrastruktur modern Pakubuwono X juga tercatat
pernah melakukan pemugaran pada beberapa situs kerajaan yang ditinggalkan oleh
ayahnya yang tak lain adalah Raja Pakubuwono IX.
Nah, salah satu situs kawasan rekreasi kerajaan yang dipugar
pada tahun 1931 adalah Pesanggrahan Langen Arjan atau yang lebih terkenal
dengan nama Pesanggrahan Langenharjo. Namun karena lokasi dan seiring dengan
redupnya nama Langenharjo, situs ini seperti tersembunyi dari keramaian kawasan
Grogol yang kini tengah berkembang pesat.
Pesanggrahan
Langenharjo adalah kawasan yang difungsikan sebagai kawasan rekreasi keluarga
kerajaan Keraton Surakarta. Fungsi dari kawasan yang terletak di pinggiran
Sungai Bengawan Solo itu juga didapatkan dari arti kata “langenharjo”
yang dapat dimaknai sebagai perasaan nyaman dan damai sementara “pesanggrahan”
sendiri berarti tempat peristirahatan.
Dari
cerita yang ada, dahulu lokasi ini dipercaya sebagai tempat beristirahat
Pakubuwono IX setelah berenang mencari ikan di Sungai Bengawan Solo. Fungsi
sebagai lokasi peristirahatan juga semakin lengkap dengan adanya sumber mata
air panas yang terletak di belakang bangunan Pesanggrahan Langenharjo, Pemandian Air Hangat Langenharjo.
Meskipun
difungsikan sebagai tempat rekreasi, kompleks bangunan bersejarah ini tetap
saja berbeda dengan situs lain milik Keraton Surakarta yang juga difungsikan
sebagai tempat hiburan. Tidak hanya dipakai sebagai lokasi beristirahat,
pesanggrahan ini juga digunakan sebagai lokasi bersemedi atau bermeditasi.
Hal
ini bisa dilihat saat berkunjung dan berkeliling ke dalam pesanggrahan. Di
dalam pesanggrahan pengunjung akan menemukan lokas-lokasi yang digunakan untuk
bermeditasi. Beberapa di antara ruangan itu boleh dimasuki pengunjung dan
beberapa ruangan terlarang bagi pengunjung, terutama ruangan di lantai dua.
Bangunan-bangunan
di pesanggrahan ini bisa dikatakan masih terjaga dengan baik daripada bangunan
di lokasi Pemandian Langenharjo. Hanya saja lingkungan pesanggrahan tampak
tidak terawat karena rumput dan semak tampak tumbuh tinggi di halaman depan
sehingga memunculkan kesan yang seram dan tidak terawat saat memasuki kawasan
ini.
Namun
kesan tidak terawat itu akan hilang begitu anda menginjakkan kaki di sekitar
pendopo pesanggrahan. Pendopo yang masih sering digunakan untuk menggelar
tirakatan setiap malam Selasa Legi dan Jum’at Kliwon itu tampak bersih dan
terawat. Di dalam pendopo ini pengunjung dapat melihat kepala perahu Kyai
Rojomolo tiruan yang diletakkan menghadap ke depan.
Di
pendopo ini pula pengunjung akan menemui juru kunci bernama Minto Sugito. Namun
jika pengunjung ingin berkeliling sebaiknya mencari Pak Narno atau Ibu Susi
yang berjaga di Pemandian Langenharjo (di belakang pesanggrahan/ di sebelah
barat). Hal ini dikarenan kondisi fisik Pak Minto yang sudah tua dan tidak
memungkinkan lagi untuk dapat mengantarkan tamu berkeliling pesanggrahan.
Dari
pendopo depan pengunjung akan diajak memasuki Ndalem Pesanggrahan. Ruangan ini
hanya diterangi beberapa lampu saja. Kesan sakral dan seram bercampur ketika
memasuki ruangan ini. Sudut-sudut ruang tampak gelap padahal di sana terdapat
banyak foto dari kerabat dan juga keluarga kerajaan yang dapat ditonton
pengunjung. Di ruangan ini pengunjung akan mendapati lukisan besar yang
menggambarkan kondisi pesanggrahan di masa lalu diletakkan tepat di tengah
ruangan.
Dari
ruangan ini pengunjung akan diajak kebelakang melihat ruangan yang hanya
diperuntukan bagi Raja dan keturunnnya saja. Halaman belakang kemudian menjadi
tujuan selanjutnya di mana anda akan menemukan sumur sakral yang dipercaya
airnya dapat mendatangkan berkah bagi calon pengantin. Dekat dari sumur itu ada
kolam yang digunakan juga untuk bersemedi.
Tepat
di depan kolam terdapat ruang berupa lorong yang pernah dijadikan lokasi
syuting uji nyali oleh stasiun televisi nasional. Di lokasi ini juga terdapat
setumpuk kayu tua yang ternyata adalah sisa dari kayu perahu Joko Tingkir yang
ditemukan di dasar Sungai Bengawan Solo pada tahun 2008. Sisa dari bagian
perahu ini dititipkan di pesanggrahan sementara bagian lainnya digunakan untuk
membangun masjid di daerah Serenan, Sukoharjo.
Berbeda dari halaman depan pesanggrahan, halaman belakang yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman itu tampak bersih dan sangat teduh. Suasana asri dan tenang bisa pengunjung dapatkan di sini setelah melewati suasana sakral dari dalam Ndalem Pesanggrahan. Baru di sudut belakang yang berhadapan langsung dengan pemandian air hangat ini pengunjung bisa merasakan suasana damai dan rekreasi yang dimaksudkan.
Untuk
dapat mengunjungi Pesanggrahan Langenharjo pengunjung tidak ditarik biaya
seperti membayar karcis masuk atau parkir. Di sana pengunjung hanya diminta
untuk memberikan dana seikhlasnya ke dalam kotak yang telah disediakan di depan
pintu masuk Ndalem Pesanggrahan. Tidak mahal, hanya seribu dua ribu rupiah saja
untuk membuka kunci.
Keberadaan
situs ini tidak jauh dari pusat Kota Solo, hanya membutuhkan perjalanan 15
menit untuk mencapai kawasan yang kini ramai dengan mall itu. Hari baik untuk
mengunjungi tempat wisata sejarah dan spiritual ini adalah pada akhir pekan
atau hari libur. Karena di hari biasa kawasan ini akan sangat sepi dari
pengunjung.
PEMANDIAN AIR HANGAT LANGENHARJO
PEMANDIAN AIR HANGAT LANGENHARJO
Berlokasi di sebelah utara Sungai Bengawan
Solo. Pesanggrahan Langenharjo didirikan oleh Sunan Paku Buwono IX tahun 1870
dan dilanjutkan oleh Sunan Paku Buwono X. Konon tempat ini digunakan oleh
keluarga Kasunanan Surakarta untuk istirahat. Pesanggrahan Langenharjo,
terletak di sisi utara sungai Bengawan Solo tepatnya berada di Desa
Langenharjo, Rt 03 Rw II Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Tempat ini
didirikan memang dekat dengan Bengawan Solo sehingga pada saat terlaksananya
pelurusan sungai Bengawan Solo tempat ini menjadi terpotong pada bagian depan
sebelah kanan. Saat ini tepatnya di pinggir Bengawan Solo yang hanya dibatasi
oleh tanggul untuk mencegah banjir saat meluapnya Bengawan Solo. tempatnya
mudah dijangkau, karena berada di lintas jalan menuju jurusan Wonogiri sehingga
apabila dari jenbatan Bacem tinggal berjalan menyusuri tanggul kearah
barat.
Pada awalnya bangunan ini didirikan oleh
Susuhunan Paku Buwono IX pada tahun 1870. Namun, pesanggrahan ini baru
diselesaikan pembangunannya oleh Susuhunan Paku Buwono X pada 15 Juli 1931. Hal
ini bisa dilihat pada kolam air hangat di Pesanggrahan Langenharjo yang
tertulis “PB X 15-7-1931”. Pada awalnya, fungsi dari bangunan ini disesuaikan
dengan namanya, yang secara eksplisit dapat diartikan sebagai “Tempat
persinggahan yang bersuasana nyaman dan damai”, tempat ini dahulu sering
digunakan sebagai tempat berekreasi para keluarga Kerajaan Kasunanan Surakarta.
Dengan mandi pada kolam air hangat yang ada disitu.
Selain sebagai tempat berekreasi, pada
awalnya tempat tersebut juga digunakan sebagai tempat meditasi sang Raja. Hal
ini dapat ditemukan dengan adanya ruang yang bernama Sanggar Pamujan, ruangan
tersebut khusus digunakan sebagai tempat untuk bersemedi atau tapa brata, demi
mendapatkan ilham atau wangsit dalam mengambil keputusan penting yang yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi raja atau masyarakat.
Ruangan-ruangan lain yang yang juga terdapat dalam Pesanggrahan tersebut antara lain Pandapa Prabasana, Kuncungan, ndalem ageng, pendapa pangkuran, gudang senjata, ruang tamu, kaputren, dan kasatrian.
Ruangan-ruangan lain yang yang juga terdapat dalam Pesanggrahan tersebut antara lain Pandapa Prabasana, Kuncungan, ndalem ageng, pendapa pangkuran, gudang senjata, ruang tamu, kaputren, dan kasatrian.
Tidak lupa kolam pemandian air hangat yang
terletak di belakang bangunan Selain itu, tempat tersebut juga menyimpan
berbagai benda-benda peninggalan Kraton Kasunanan. Saat ini yang paling meonjol
adalah ditempatkannya kerangka kapal Jaka Tingkir yang pada tahun 2007 telah
ditemukan di sekitar sungai Bengawan Solo di wilayah Serenan, Sukoharjo.
Meskipun kerangka kapal tersebut sudah tidak utuh lagi, paling tidak ada bukti
sejarah yang nyata. Bahwa kabupaten Sukoharjo memang menyimpan sejarah yang
patut ditularkan kepada generasi yang akan datang.
Pesanggrahan dan pemandian Langenharjo ini
dapat dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi sejarah karena nilai tinggi yang
terkandung di dalamnya, begitu pula dengan bagian belakang yang berdekatan
dengan pemandian cukup nyaman apabila dimanfaatkan untuk santai melepas
kejenuhan karena adanya pohon beringin besar yang sangat lebih dari cukup untuk
menimbulkan suasana nyaman.
Pemandian air hangat di Langgenharjo
mengandung belerang yang bermanfaat bagi kesehatan kulit kita. Airnya juga
dipercaya mampu mengobati penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kadas, dsb.
Meskipun kadar air terkesan keruh tapi justru itulah kandungan belerang yang
diyakini masyarakat dapat menyembuhkan penyakit
Terkait masalah spiritual tempat ini pada malam malam tertentu banyak dikunjungi untuk berbagai keperluan seperti semedi, mencari berkah, ilham ataupun berbagai tujuan spiritual lain, mengingat tempat ini dianggap sebagai tempat pemujaan para leluhur dimasanya, maka tidak heran apabila terdapat beberapa fenomena fenomena aneh yang sempat ditemuai beberapa pengunjung. Pada saat melejitnya tayangan TV bernuansa gaib dan spiritual, tempat ini sempat dijadikan media dan sarana untuk acara acara tersebut
Bekas pesanggrahan Paku Buwana X ini hingga kini masih tetap dikelilingi tembok pembatas, masih ada beberapa pohon besar berdiri memayunginya.
Terkait masalah spiritual tempat ini pada malam malam tertentu banyak dikunjungi untuk berbagai keperluan seperti semedi, mencari berkah, ilham ataupun berbagai tujuan spiritual lain, mengingat tempat ini dianggap sebagai tempat pemujaan para leluhur dimasanya, maka tidak heran apabila terdapat beberapa fenomena fenomena aneh yang sempat ditemuai beberapa pengunjung. Pada saat melejitnya tayangan TV bernuansa gaib dan spiritual, tempat ini sempat dijadikan media dan sarana untuk acara acara tersebut
Bekas pesanggrahan Paku Buwana X ini hingga kini masih tetap dikelilingi tembok pembatas, masih ada beberapa pohon besar berdiri memayunginya.
Beberapa wisatawan datang berkunjung dengan
beragam keperluan, ada yang datang sekedar ingin menyaksikan tempat peninggalan
sejarah, dan ada pula yang ingin berobat. Di belakang Pesanggrahan ini terdapat
sebuah sumur yang menghasilkan air panas karena mengandung belerang dan mangan.
Sumur ini merupakan peninggalan Paku Buwana I masih menjadi saksi sejarah tempo
dulu. Pemandian Langerharjo, yang dilengkapi dengan bak dan kamar mandi serta
bak untuk berendam air panas. Menurut keyakinan masyarakat di sekitarnya,
dengan mandi air panas akan menghilangkan beberapa penyakit kulit.
Dari beberapa sumber diberitakan bahwa
keberadaan air panas ini memang sudah hampir menghilang hal ini bisa saja
terjadi karena ada kemungkinan pergeseran lapisan bumi , tapi beberapa sumber
lain mengatakan hal ini disebabkan oleh pengeroposan pipa2 penyalur dari dalam
perut bumi yang menyebabkan guliran air panas ini terhambat, Kalau memang
demikian sangat disayangkan apabila sebuah bangunan sejarah yang punya nilai
tinggi itu harus menunggu nasib untuk digerogoti waktu, mungkin kita hanya
berharap adanya peninjauan tekhnologi untuk bisa memastikan hal-hal yang
mungkin bisa menjadikannya berfungsi seperti dulu dimasanya.
Sumber:
http://nusapedia.com/Sukoharjo/ID/place/483/bersantai-di-pemandian-air-hangat-langenharjo
Pemandiannya saat ini masih bisa dipakai apa tdk ya? Pingin nyoba nich...
BalasHapusMohon maaf sebelumnya, sedikit koreksi. Temuan kayu kapal di Sungai Bengawan Solo. Tapi untuk penyimpanannya waktu itu di desa Bulakan, Sukoharjo. Mengingat Serenan itu sudah masuk Kabupaten Klaten. Karena satu dan lain hal, kayu dari kapal dipindah ke Langenharjo dan ada prosesi acaranya waktu itu, meriah sekali ada seni reog, dll. Seingatku waktu SD itu kak. (Leluasa)
BalasHapusTulisanmu sangat menarik. Jarang sekali yang nulis tentang ini.
Hapus